Wednesday 16 July 2014

Sahabat itu yang seperti kalian

Kadang, Tuhan adil mengatur bidak bidak kehidupan. Kadang kita berada dibawah namun juga tiba-tiba berada diatas. Kadang, semua orang menguatkanmu atau malah berbalik menusukmu. 

Sahabat, yang aku tahu aku hanya miliki sedikit dari semangat kalian. Berjuang mengalahkan ego diri sendiri agar dapat terus menjaga ini bersama. Sahabat, yang mereka tahu kita ini batu karang, yang tak mudah orang memecahkannya. Namun, sahabat, kadang aku pun tak kuat rasanya ingin rehat dari segala beban yang ada.

Sahabat, kalian itu penguat. Asupan semangat ketika kita diharuskan bertanggung jawab sendiri-sendiri ambil bagian untuk berdiri. Aku dan kamu sama-sama tahu, kita dibesarkan oleh tempat yang sama. Empat tahun sudah kita bersama. Aku meyakini setiap perjuanganku pasti ada peluhmu, maka selalu ku selipkan do'a untukmu.

Sahabat, entah kapan kita memulainya. Memutuskan untuk menjadi keluarga. Hingga akhirnya kita selalu bersama, memikirkan segala sesuatunya. Sahabat, ayo lanjutkan perjuangan kita. Yakinlah ini ladang amal untuk kita bersama. Jangan mengeluh, jangan dulu berhenti. Kita hanya perlu sedikit bernapas dari segala sesuatu yang mengecilkan kita. Kita hanya perlu sedikit berjuang untuk segala sesuatu yang kita sebut tanggung jawab. Kita hanya perlu memperjuangkan semua yang sudah ada. Hanya perlu yakin, inilah ladang amal kita.

Teruntuk kalian yang selama empat tahun terakhir selalu mendengarkan keluh kesahku, teruntuk kalian yang aku tahu "mencintaiku". Aku hanya ingin kalian tahu, aku selalu mencintai kalian.

Satya wira wicaksana, angkatan enam.




Selamat ulang tahun yang ke-10, rgrds.

Hari itu..


Entah mulai kapan aku jatuh cinta, tentu bukan pada pandang pertama. Tapi karena kamu, yang baru mengenalku, menginginkanku seutuhnya untuk menjadi pendamping hidupmu. Entah mulai dihari apa, kamu meminta seorang sahabatmu menelpon temanku hanya untuk mengobrol ringan denganku, entah mengapa aku sangat menunggu kesempatan itu. Hari demi hari berlalu, suatu hari kamu menghubungiku. Akhirnya komunikasi kita semakin intens. 

Dua minggu berlalu, seorang sahabatmu mendatangi sahabatku di Indonesia. Mereka banyak cerita tentangmu, bagaimana keseriusanmu, dan seperti apa kepribadianmu. Semoga kamu benar-benar laki-laki yang baik. 

Day by day, sahabat mendatangiku dirumah, memberikanku sebuah bingkisan yang ternyata darimu, tiga buah jam tangan cantik. Hadiah pertama yang kamu berikan, aku sangat menghargainya, terima kasih yang terkasih.


Hari berlalu, kamu semakin memberikan signal keseriusanmu. Suatu hari sahabatku mengabarkan bahwa kamu mengirimkan uang untuk membelikanku tiket terbang ke Malaysia menemuimu. Aku hanya terkejut haruskah aku pergi? Sementara aku tak tahu betul seperti apa kamu, watak dan sifatmu. Namun, sekali lagi Allah begitu adil. Ia menganugerahi kamu kepadaku, laki-laki baik yang siap memperjuangkan kehormatanku.

Continued~