Aku tidak memuntut banyak..
Ketika kamu percaya tak ada waktuku sedikitpun yang
luput dari memikirkanmu, aku hanya tersenyum dan menjawab “itu sudah tugasku”. Mengapa
kamu enggan untuk melakukannya juga untukku? Atau ketika kamu menyadari bahwa
aku mencintaimu, tapi mengapa kamu malah merendahkan perasaan itu?
Sabar tetap ada batasannya, rindu pasti ada
puncaknya, dan semua pasti ada ujungnya. Ketika aku hanya menuntut kamu sekadar
memberikan kabar, mengapa rasanya berat sekali untukmu melakukan itu? Sementara
berulang kali kamu katakan, aku serius menjalaninya. Kita punya tujuan yang
sama dan ayo sama-sama kita mewujudkannya..
Senja, kamu terlihat kokoh disana. Terlihat kuat dan
dewasa, tapi mengapa yang aku rasakan kini berbeda? Kamu merendahkan aku dan
perasaanku. Ketika kamu dengan gagahnya berteriak “lebih mudah mencintai orang
yang mencintaimu dari pada kamu memungut cinta”. Ya, aku mecintaimu senja! Hanya
saja mengapa mesti begitu caramu mengungkapkannya? Aku tidak sedang
mengemis-ngemis cintamu, yang aku pikirkan saat ini adalah kita sedang berjuang
melawan waktu. Ya, kita! Bukan hanya aku. Nyatanya aku salah, ternyata selama
ini hanya aku yang berjalan. Sehingga kita ini timpang, dan rapuh.
Senja, aku tak pernah bosan mengatakan ini kepadamu.
“kamu itu laki-laki paling sulit yang pernah aku temui, hanya saja bila aku harus
memutar kembali waktu aku akan tetap memilihmu”. Percayalah, aku tak pernah
menyesal mengatakannya. Senja, definisi dewasa dimatamu itu seperti apa? Haruskah
aku mencontohkannya? Aku ini perempuan, aku berharap banyak padamu. Jadi haruskah
aku tetap berjalan, terus berjalan.. tanpa pegangan, tanpa sandaran. Jadi haruskah
aku akhirnya mengalah dan berhenti berjalan hingga akhirnya kamu menyusulku dan
kembali menyuntikkan semangatmu itu? Atau haruskah aku berlari sekuat tenaga
keluar dari sekat-sekat ini dan melupakan keseriusanmu?
Senja, aku bisa melakukan itu hanya saja perasaanku
ingin tetap disini. Bukan untuk mengalah dan pergi. Tapi memperjuangkanmu yang
tidak memperjungkanmu. Senja, apakah kamu tau? Alangkah bodohnya aku menuliskan
semua ini, yang tak akan pernah terbaca olehmu. Aku hanya ingin suatu hari
nanti setelah kita menyelesaikan semua ini kamu menemukan tulisan ini dan
menyadari begitu sabarnya aku melawan egoku untukmu. Mengalah, mengalah dan
mengalah. Aku terpaksa menjalaninya? Tidak sama sekali senja, aku tulus
menjalaninya.
Aku benar-benar sabar menikmati semua ketidak
pedulianmu, sekali senja.. hatiku ingin terus bertahan. Aku tak mampu
mendeskripsikan rasa apa yang sebenarnya terjadi. Senja, percayalah tidak ada
seorang wanitapun kecuali ibumu dan aku yang begitu sabar menghadapimu. Dan percayalah
aku akan terus begitu.
18 Sept '13
No comments:
Post a Comment